EKONOMI MAKRO : KEBIJAKAN MONETER

KEBIJAKAN MONETER
EKONOMI MAKRO
MAKALAH


Dosen Pengampu:
Novita Agus Saputri, M. Pd
Oleh : ES 3E kelompok 13
1. NANA RISTIANA (1742143187)
2. NINA AINURROHMAH (1742143197)
3. NUR AZIZAH (1742143208)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2015


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap individu disebut dengan negara.
Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi. Kebijakan moneter merupakan instrumen yang sangat diandalkan dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang ada pada suatu negara. Dengan demikian, kebijakan moneter sangatlah penting dalam pembangunan dan pengembangan suatu negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kebijakan Moneter ?
2. Apasajakah Tujuan Kebijakan Moneter ?
3. Apasajakah Jenis-jenis Kebijakan Moneter ?
4. Apasajakah Jenis-jenis Tindakan dalam Kebijakan Moneter Kuantitatif ?
5. Apasajakah Jenis-jenis Tindakan dalam Kebijakan Moneter Kualitatif ?
6. Bagaimanakah Efektivitas Kebijakan Moneter ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertian Kebijakan Moneter
2. Mengetahui Tujuan Kebijakan Moneter
3. Mengetahui Jenis-jenis Kebijakan Moneter
4. Mengetahui Jenis-jenis tindakan dalam Kebijakan Moneter Kuantitatif
5. Mengetahui Jenis-jenis Tindakan dalam Kebijakan Moneter Kualitatif
6. Mengetahui Efektivitas Kebijakan Moneter




















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu: seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem yang diatur untuk menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga, serta otoritas moneter dapat mempengaruhi pertumbuhan output untuk menyerap pengangguran dan mengendalikan laju inflasi.
B. Tujuan Kebijakan Moneter
1. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan seimbang.
2. Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3. Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.
4. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara melakukan devaluasi.
C. Jenis-jenis Kebijakan Moneter
1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter longgar (easy monetary policy). Contoh: Menurunkan Tingkat Bunga, Kelonggaran Kredit.
Tujuannya adalah:
a. Mendorong kenaikan investasi
b. Menaikkan penerimaan masyarakat
c. Mendorong kenaikan impor
d. Mendorong kenaikkan arus kas keluar dan penurunan arus kas masuk dari modal jangka pendek
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Contoh: Menaikkan Tingkat Bunga, Membatasi Kredit.
Tujuannya adalah:
a. Memperkecil investasi
b. Menurunkan penerimaan masyarakat
c. Menurunkan impor
d. Mendorong kenaikkan arus kas masuk dan menurunkan arus kas keluar dari modal jangka pendek
D. Kebijakan Moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter kuantitatif adalah langkah-langkah bank sentral yang tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam perekonomian. Jenis-jenis tindakannya yaitu:
1. Operasi Pasar Terbuka
Bank Sentral dapat membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah penawaran uang dengan melakukan jual beli surat-surat berharga. Bentuk tindakan yang akan di ambil tergantung kepada masalah ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian menghadapi masalah resesi, penawaran uang perlu ditambah. Bank sentral menambah penawaran uang dengan melakukan pembelian surat-surat berharga. Penawaran uang akan bertambah karena apabila bank sentral melakukan pembayaran ke atas pembelianya itu, maka cadangan yang ada pada bank perdagangan telah menjadi lebih besar. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Pinjaman ini akan diinvestasikan dan kegiatan ekonomi negara akan menjadi bertambah tinggi. Di dalam masa inflasi, kegiatan ekonomi yang berlebih-lebihan harus dikurangkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah denganmengurangi penawaran uang. Dengan penjualan itu tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dipegang oleh bank-bank perdagangan akan berkurang.
Supaya operasi pasar terbuka dapat dilaksanakan dengan sukses dan memberikan efek yang diharapkan, dua keadaan ini haruslah terwujud dalam perekonomian. Ke dua keadaan tersebut adalah:
a. Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan. Apabila kelebihan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank perdagangan cukup besar, mereka dapat membeli surat-surat berharga yang dijual oleh bank sentral dengan menggunakan kelebihan cadangan tersebut. Oleh karean itu bank-bank perdagangan tidak perlu mengurangi jumlah tabungan giral. Apabila tabungan giral tidak mengalami perubahan, maka penawaran uang juga tidak mengalami perubahan. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa operasi pasar terbuka hanya akan berhasil apabila bank-bank perdagangan tidak mempunyai kelebihan cadangan lagi
b. Dalam ekonomi telah tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang dapat diperjual belikan. Operasi pasar terbuka hanya akan mencapai tujuanya apabila terdapat surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan untuk melaksanakan kebijakan itu. Dalam teori, bank sentral dapat secara efisien mempengaruhi perubahan-perubahan dalam penawaran uang dengan melakukan jual beli surat-surat berharga di dalam pasar. Di sebagian negara operasi pasaran terbuka tidak dapat dijalankan karena pasar uang dan pasar modalnya belum berkembang dan oleh sebab itu jumlah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan tidak mendukupi.
2. Mengubah Suku Bunga dan Suku Diskonto
Dalam menjalankan tugasnya untuk mengawasi kegiatan bank-bank perdagangan, bank sentral harus memastikan agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan kepada sistem bank. Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan berusaha agar bank-bank perdagangan selalu sanggup membayar semua cek yang dikeluarkan nasabah-nasabahnya. Untuk mencapai tujuan ini ada dua langkah yang dapat dilakukan oleh bank sentral. Yang pertama adalah dengan membuat pengarahan-pengarahan atau peraturan-peraturan tentang corak dan jenis investasi yang dapat dilakukan oleh bank-bank perdagangan. Dan yang kedua adalah dengan memberi pinjaman kepada bank-bank yang menghadapi masalah dalam cadangannya, yaitu cadangannya adalah kurang dari cadangan minimum yang ditetapkan oleh peraturan.
Di dalam membantu bank-bank perdagangan, ada dua bentuk bbantuan yang dapat diberikan oleh bank sentral: (1) dengan memberikan pinjaman atau (2) dengan membeli surat-surat berharga tertentu yang dimiliki oleh bank perdagangan yang memerlukan bantuan. Dalam melakukan pembelian surat-sirat berharga, bank sentral hanya menerima aurat-surat berharga yang mudah tunai, seperti Sertifikat Bank Indonesia. Apabila bank-bank perdagangan menjual surat-surat berharga seperti itu kepada bank sentral, maka langkah itu dinamakan mendiskonto surat-surat berharga. Di dalam memberi pinjaman, bank sentral akan menetapkan suku bunga yang harus dibayar oleh bank-bank perdagangan atas pinjaman yang diterimanya. Bank sentral juga akan menetapkan suku diskonto dari Sertifikat Bank Indonesia atau surat-surat berharga lainya yang mudah tunai yang dijual kepada bank sentral. Tingkat yang ditentukan oleh bank sentral tersebut dinamakan suku diskonto atau suku bank (Bank Rate).
Peranan bank sentral sebagai suatu sumber pinjaman atau tempat untuk mendiskontokan surat-surat berharga tersebtu dapat digunakan oleh bank sentral sebagai suatu alat untuk mengendalikan jumlah penawaran uang dan tingkat kegiatan ekonomi. Dalam keadaan di mana kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang mewujudkan kesempatan kerja yang tinggi, bank sentral dapat mempertinggi kegiatan ekonomi dengan menurunkan suku diskonto. Dengan penurunan suku diskonto, biaya yang harus dibayar oleh bank-bank perdagangan utnuk meminjam dari bank sentral menjadi lebih murah. Ini akan menggalakan mereka untuk memberikan lebih banyak pinjaman. Sebaliknya, apabila bank sental ingin mengurangi kegiatan ekonomi yang sudah mencapai tingkat yang terlalu tinggi, suku diskonto perlu dinaikkan. Kenaikan suku diskonto ini akan mendorong bank-bank perdagangan menaikkan suku bunga ke atas pinjaman-pinjaman yang diberikanya. Oleh karenanya para pengusaha enggan membuat pinjaman baru dan pelanggan-palanggan yang telah membuat pinjaman akan mengembalikan pinjaman yang dibuat pada masa lalu. Pada akhirnya kegiatan ekonomi negara akan menurun.
3. Mengubah Tingkat Cadangan Minimum
Kesuksesan kedua jenis kebijakan moneter diatas sangat tergantung pada apakah kebanyakan bank perdagangan mempunyai kelebihan cadangan atau tidak. Apabila kelebihan cadangan terdapat dalam kebanyakan bank perdagangan, kedua-dua tindakan di atas tidak dapat digunakan untuk membuat perubahan-perubahan dalam penawaran uang. Dengan adanya kelebihan cadangan, operasi pasar terbuka dan mengubah suku diskonto tidak mewujudkan efek yang diharapkan. Apabila kelebihan cadangan banyak terdapat di bank-bank perdagangan, di dalam mempengeruhi penawaran uang, langkah bank sentral yang paling efektif adalah dengan mengubah tingkat cadangan minimum. Kelebihan cadangan yang terdapat di bank-bank perdagangan akan dapat dihapuskan dengan menaikkan tingkat cadangan minimum tersebut.

E. Kebijakan Kualitatif
1. Pengawasan Pinjaman SecaraTerpilih
Tujuan utamaa dari melaksanakan pengawasan pinjaman secara terpilih adalah untuk memastikan bahwa bank-bank perdagangan memberikan pinjaman-pinjaman dan melakukan investasi-investasi yang sesuai dengan yang diinginkan oleh pemerintah. Pengawasan pinjaman secara terpilih ini bukanlah bertujuan untuk mengendalikan jumlah uang yang diwujudkan oleh bank-bank perdagangan melalui kegiatan mereka meminjamkan dan menginvestasikan uang dipasaran uang dan pasaran modal. Dalam kebijakan ini yang diawasi adalah bentuk peminjaman dan investasi keuangan yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan.
Untuk menggalakkan perkembangan sektor industri bank sentral dapat membuat pengarahan kepada bank-bank perdagangan untuk meminjamkan sebagian uangnya kepada usaha-usaha investasi di bidang industri. Di samping itu bank sentral dapat pula mengarahkan agar lebih banyak pinjaman dilakukan oleh bank-bank perdagangan untuk menggalakkan perkembangan sektor pertanian, terutama kegiatan yang diusahakan oleh petani dan pengusaha kecil. Salah satu langkah dalam menjalankan kebijakan ini adalah bank sentral dapat mengarahkan bank-bank perdagangan untuk memberikan pinjaman ke sektor ini dengan syarat-syarat yang ringan, misalnya adalah suku bunga rendah. Beberapa contoh lain langkah-langkah bank sentral utnuk mengendalikan pinjaman bank-bank perdagangan adalah:
 Mengarahkan supaya bank-bank perdagangan memberikan pinjaman kepada pembeli-pembeli rumah biaya murah dengan tingkat bunga yang rendah
 Menggalakkan pemberian pinjaman kepada pedagang-pedagang kecil
 Memberikan syarat yang lebih ringan untuk pinjaman kepada pedagang kecil dan industri umah tangga.
Kebijakan pinjaman secara terpilih dapat pula dilakukan ke atas:
a. Pinjaman kepada para konsumen. Pinjaman yang diberikan oleh bank-bank perdagangan untuk membeli barang-barang tahan lama seperti televisi, mobil, perabot dan alat-alat dapur dan untuk membeli rumah dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Pada waktu ekonomi sedang menghadapi banyak pengangguran, pemerintah perlulah menggalakkan para konsumen untuk melakukan lebih banyak perbelanjaan. Bank sentral dapat melaksanakan tujuan ini dengan memberikan syarat-syarat yang lebih ringan kepada peminjam-peminjam untuk membeli barang-barang yang tahan lama atau rumah. Di masa inflasi langkah sebaliknya perlu dilakukan.
b. Pinjaman untuk membeli saham. Sebelum berlakunya kemunduran dalam pasaran saham pada tahun 1929, bank sentral di Amerika Serikat tidak membatasi besarnya pinjaman yang dapat diberikan kepada pembeli-pembeli surat berharga dan saham perusahaan. Ketiadaan pembatasan ini menimbulkan spekulasi yang berlebih-lebihan yang pada akhirnya menimbulkan kenaikan dan kemerosotan harga yang tinggi di pasaran saham. Ini sangatlah merugikan kepentingan masyarakat. Semenjak itu bank sentral Amerika Serikat mengendalikan pinjaman yang dapat diberikan untuk membeli saham dipasaran saham, yaitu hanya sebagian saja dari pembelian itu dapat menggunakan pinjaman dari bank.
2. Pembujukan Moral
Kebijakan ini dijalankan oleh bank sentral bukan dengan menetapkan dalam bentuk tulisan hal-hal yang harus dilakukan oleh bank-bank perdagangan, tetapi dengan mengadakan pertemuan langsung dengan bank-bank tersebut. Dalam pertemuan ini bank sentral menjelaskan langkah-langkah yang sedang dijalankan pemerintah dan bantuan-bantuan apa yang diinginkan oleh bank sentral dari bank-bank perdagangan untuk menyukseskan tindakan tersebut. Dari pertemuan ini bank-bank perdagangan akan mengetahui langkah-langkah bagaimana yang harus mereka lakukan agar usaha-usaha yang sedang dilakukan pemerintah akan mencapai tujuan dan efek yang diharapkan.
Dengan melalui pembujukan moral bank sentral dapat meminta bank-bank perdagangan untuk mengurangi atau menambah keseluruhan jumlah pinjaman, mengurangi atau menambah pinjaman kepada sektor-sektor tertentu, atau membuat perubahan-perubahan ke atas suku bunga yang mereka tetapkan ke atas pinjaman yang mereka berikan. Sampai di mana keinginan dari bank sentral akan dipenuhi oleh bank-bank perdagangan sangat tergantung kepada masing-masing bank tersebut. Oleh karena itu kesuksesan dari kebijakan yang dijalankan secara pembujukan moral tergantung kepada sampai di mana bank-bank perdagangan menjalankan kebijakan yang diusulkan oleh bank sentral.
F. Efektivitas Kebijakan Moneter
Dari pengalaman yang sudah-sudah ternyata politik moneter cukup efektif untuk mengendalikan inflasi, tetapi kurng efektif utnuk mengatasi resesi, sehingga untuk menstabilkan dan memajukan perekonomian nasional, politik merupakan salah satu sarana saja, yang masih perlu dilengkapi dengan kebijakan lainnya di bidang keuangan negara, perdagangan internasional, produksi dan kesempatan kerja, dan lain-lain.
Politik moneter ada keunggulanya karena lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan dengan politik fiskal, dan tidak banyak dipengaruhi oleh pertimbangan kepentingan politik partai (seperti halnya politik fiskal dan perpajakan). Namun ada kelemahanya juga karena politik moneter hanya dapat "menyediakan" uang/kredit, tetapi tidak dapat "memaksa" para pengusaha untuk memakainya. Dengan kata lain, dengan tersedianya kredit bank belum tentu otomatis investasi akan naik. Ini belum terhitung pengaruh dari dan efek terhadap hubungan ekonomi internasional (ekspor dan impor, Neraca Perdagangan) serta kurs valuta asing (Neraca Pembayaran).








G. Studi Kasus dan Analisis
1. Studi kasus
BI : kebijakan moneter bias ketat masih diperlukan 1 bulan
Jakarta (ANTARA News) - Kebijakan moneter bias ketat masih diperlukan sepanjang 2015, karena upaya menjaga stabilitas perekonomian yang masih dibayangi berbagai tekanan ekonomi global, dan ancaman laju inflasi dari domestik. "Lupakan pertumbuhan jika tanpa stabilitas, maka kecenderungan kami mengenai kebijakan moneter bias ketat masih akan dijaga," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo pada seminar "ANZ Economic Outlook 2015" kerjasama PT Bank ANZ Indonesia dengan LKBN Antara di Jakarta, pada kamis malam pernyataan dari Perry tersebut sekaligus menjawab pertanyaan Mantan Menteri Koordinator Ekonomi dan Keuangan Dorojatun Kuntjoro Jakti dalam seminar.
Dorojatun mengkhawatirkan takaran kebijakan moneter ketat di Indonesia tidak diimbangi dengan kebijakan fiskal yang kuat, untuk mengantisipasi tekanan ekonomi global. Menurut Perry, secara umum respon kebijakan untuk mengantisipasi tekanan global dan juga domestik mencakup tiga kebijakan. Pertama, bauran kebijakan moneter dan fiskal. Kedua, kebijakan moneter dan makro ekonomi. Kemudian kebijakan moneter dengan keadaan structural perekonomian.
Tiga aspek ini terus berjalan, dan telah ada sinkronisasi," ujarnya. Menurut dia, meskipun BI masih mempertahankan kebijakan moneter ketat, namun secara makro dan finansial, tekanan terhadap likuiditas telah berkurang. Maka dari itu, menurutnya, Bank Indonesia berani memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2015 akan berada di 15-17 persen. Perkiraan otoritas moneter ini, ujarnya, sangat optimistis karena realisasi pertumbuhan kredit hingga akhir 2014 saja hanya 12 persen. "lending telah kita naikkan, ini karena kebijakan suku bunga, prospek, dan likuiditas keuangan menunjukkan sentimen positif," kata dia. Secara umum, Perry optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 akan lebih baik dibanding 2014.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 berada di rentang 5,4 - 5,8 persen. "Catatan lainnya, defisit neraca transaksi berjalan masih di kisaran tiga persen terhadap PDB, karena tahun ini lebih banyak belanja pemerintah yang akan mendorong impor barang modal," ujarnya. Di kesempatan yang sama, Chief Economist South Asia, ASEAN and Pacific ANZ Glen Maguire memperkirakan Indonesia akan melewati masa perekonomian yang konstruktif di 2015, karena telah melakukan perbaikan signifikan pada fundamental perekonomian. "Ini akan meletakkan dasar untuk siklus pertumbuhan tahunan yang lebih kuat. Indonesia akan muncul sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia ke depannya," ujar dia. CEO ANZ Indonesia Joseph Abraham memuji kebijakan pengalihan belanja subsidi BBM yang dijalankan pemerintah Indonesia. Kebijakan pengalihan subsidi itu, kata dia, sangat diperlukan untuk mengekspansi pembangunan dan menyehatkan ruang fiscal pemerintah. "Meskipun ada volatilitas di eksternal, Indonesia tetap menarik bagi investor," ujar dia.

2. Analisis
Sejauh ini stabilitas moneter masih diperlukan, meskipun dalam pelaksanaannya masih dibayangi inflasi dan permasalahan ekonomi global lainnya. Kebijakan moneter ketat adalah upaya mengurangi jumlah uang yang beredar agar tidak terjadi inflasi. Menurut Dorojatun, dalam pelaksanaanya, takaran kebijakan moneter yang dilakukan tidaklah diimbangi dengan kebijakan-kebijakan lainnya yang mendukung, padahal menurut Perry ada tiga macam kebijakan yang harus dilakukan bersama untuk menghadapi ekonomi global. Atau bisa disebut bauran kebijakan. Bauran kebijakan adalah kombinasi kebijakan fiskal dan moneter. Bauran kebijakan yang meliputi penurunan belanja pemerintah dan peningkatan penawaran uang akan lebih mengutamakan belanja investasi daripada belanja pemerintah. Alasanya adalah penawaran uang yang meningkat maupun penurunan pembelian pemerintah akan menyebabkan tingkat bunga turun, yang akan menyebabkan peningkatan investasi yang direncanakan.
Bank Indonesia menyatakan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan akan membawa pengaruh besar ditahun 2015 sebesar 15-17% karena kebijakan suku bunga, prospek, dan likuiditas keuangan menunjukkan sentimen positif. Selain itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 berada di rentang 5,4 - 5,8 persen. Dengan catatan lain defisit neraca transaksi berjalan masih di kisaran tiga persen terhadap PDB, karena tahun ini lebih banyak belanjaan pemerintah yang akan mendorong impor barang modal.
Faktor yang menyebabkan tingginya suku bunga pinjaman di Bank adalah keuntungan. Dimana semakin tinggi tingkat keuntungan atau margin yang diharapkan suatu bank cenderung akan membuat nilai suku bunga pada bank tersebut tinggi. Dan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,4-5,8 ini mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat karena jumlah uang yang beredar meningkat ,maka akan meningkat pula pertumbuhan ekonomi, sedangkan apabila jumlah uang yang beredar turun maka pertumbuhan ekonomi akan turun pula. Pemerintah harusnya lebih mengantisipasi kejadian meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan karena masyarakat indonesia sebagian besar kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankan. Pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan sistem pengkreditan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur potensi ekonomi masyarakat daerah yang akan digerakkan.







BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
2. Tujuan Kebijakan Moneter: Stabilitas Ekonomi, Meningkatkan Kesempatan Kerja, Kestabilan Harga, Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional.
3. Jenis-jenis Kebijakan Moneter: Kebijakan Moneter Ekspansif, Kebijakan Moneter Kontraktif.
4. Jenis-jenis Tindakan dalam Kebijakan Moneter Kuantitatif: Operasi Pasar Terbuka, Mengubah Suku Bunga dan Suku Diskonto, Mengubah Tingkat Cadangan Minimum.
5. Jenis-jenis Tindakan dalam Kebijakan Moneter Kualitatif: Pengawasan Pinjaman SecaraTerpilih, Pembujukan Moral.
6. Efektifitas Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter cukup efektif untuk mengendalikan inflasi, Kebijakan moneter juga memiliki keunggulan yaitu lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan dengan politik fiskal, dan tidak banyak dipengaruhi oleh pertimbangan kepentingan politik partai. Namun ada kelemahanya juga karena politik moneter hanya dapat "menyediakan" uang/kredit, tetapi tidak dapat "memaksa" para pengusaha untuk memakainya.

B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini dapat kami selesaikan dengan tetap waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tetapi ibarat kata tak ada gading yang tak retak, begitupun makalah kami, masih ada banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Hartono, Tony. 2006. Mekanisme Ekonomi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius
http://m.antaranews.com/berita/bi--kebijakan-moneter-bias-ketat-masih-diperlukan ( diakses jumat, 27 November 2015 pukul 16.00)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BISNIS INTERNASIONAL : MANAJEMEN STRATEGI INTERNASIONAL

Fiqh Muamalah Kontemporer : SAHAM DAN OBLIGASI SYARIAH

Lyrics Jennie (Blackpink) - SOLO [Hangul + Romanized + English Translation]